Pertanian merupakan unsur penting dalam perkembangan kebudayaan manusia sebagai upaya untuk menghasilkan tanaman.
Para ahli mengatakan bahwa awal mula kebudayaan adalah peralihan dari gaya hidup manusia sebagai pengumpul makanan ke alam dan berburu menjadi kebiasaan bercocok tanam, atau tindakan menanam tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sifat manusia yang cenderung memenuhi tuntutan hidup secara lebih efisien, menciptakan budaya yang lebih canggih di satu sisi dan membawa kemajuan dalam budidaya tanaman.
Kini, tanaman tidak lagi hanya sebagai sumber pangan, sandang, dan pelindung, melainkan sumber bahan untuk kesehatan, inspirasi kecantikan/estetis, kelestarian lingkungan, dan sarana rekreasi.
Agronomi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas dua kata yaitu agros berati lahan atau lapang produksi (fleld) dan nomos berarti pengelolaan atau manajemen (manage).
Oleh karena itu, agronomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengelolaan tanaman atau manajemen produksi lahan/lapang produksi dan lingkungan yang bertujuan untuk mencapai produksi yang maksimal.
Dalam arti luas agronomi juga mencakup semua aspek biofisik yang terkait dengan upaya peningkatan pemuliaan tanaman.
Agronomi sering pula didefinisikan sebagai studi tentang bagaimana tanaman dan lingkungan dikelola untuk mencapai produksi yang maksimal dan berkelanjutan.
Secara tradisional agronomi digambarkan sebagai disiplin pertanian yang mempelajari prinsip-prinsip dan praktik pengelolaan tanah, air dan tanaman.
Dari segi lingkungan, agronomi adalah kegiatan pengelolaan tanaman yang menggunakan energi matahari untuk mengubah CO2 dari udara, air, dan nutrisi dari tanah menjadi bahan yang memiliki kegunaan dan hasil yang lebih baik dalam kehidupan manusia.
Agronomi juga dapat dilihat sebagai ilmu konversi, karena agronomi adalah suatu sistem yang mengubah energi matahari dari tumbuhan menjadi energi biokimia yang dapat digunakan manusia secara optimal untuk menopang kehidupan.
Berdasarkan atas pengertian agronomi, terdapat tiga unsur pokok dan ketiganya disebut juga dengan unsur- unsur agronomi, yaitu:
- Lapang produksi (lingkungan tanaman)
- Pengelolaan (manajemen)
- Produksi maksimum (sebagai hasil dari lapang produksi dan pengelolaan)
Lingkungan adalah tempat tumbuh tanaman, dan pengelolaan adalah upaya menjadikan lingkungan tempat yang baik untuk menanam tanaman agar mencapai hasil yang maksimal dan meminimalkan risiko.
Pengelolaan pada dasarnya dilakukan secara terencana dengan menggunakan berbagai teknologi yang ada, dan produksi yang maksimal merupakan upaya untuk memaksimalkan produksi dengan menggabungkan lingkungan dan pengelolaan menjadi satu dan mencapai hasil yang maksimal.
Sifat dari unsur agronomi adalah tidak kekal, misalnya yang dikatakan produksi maksimum sebenarnya bersifat dinamis (tidak mantap) karena dipengaruhi oleh tingkat pengelolaan dan kondisi lapang produksi.
Dalam konteks agronomi, istilah produksi tanaman dapat dibedakan menjadi produksi optimum, produksi maksimum, hasil, dan produktivitas.
Produksi optimum adalah adalah produksi yang memberikan manfaat ekonomi tertinggi dengan meminimalkan kerusakan sumber daya alam.
Produksi maksimum adalah produksi tertinggi yang dicapai tanpa memperhatikan kelestarian sumber daya alam.
Hasil adalah kemampuan tanaman menghasilkan produksi biologis dalam satu satuan luasan areal tertentu, sedangkan produktivitas adalah kemampuan tanaman untuk menghasilkan produksi biologis pada satu satuan waktu dan areal tertentu.
Obyek dan Subyek Agronomi
Secara umum obyek agronomi adalah tanaman. Tanaman dalam kajian agronomi adalah tumbuhan yang dibudidayakan manusia dan mempunyai manfaat langsung untuk kebutuhan manusia.
Tumbuhan tersebut biasanya telah melalui seleksi alami dalam jangka waktu yang panjang melalui seleksi buatan manusia atau telah mengalami pemuliaan.
Tanaman memiliki ciri-ciri seperti mudah dikembang biakkan, berkembang biak dalam waktu yang relatif singkat, menghasilkan banyak hasil, tidak berbahaya bagi manusia dan dapat dipasarkan, misalnya; padi, kedelai, jagung, kakao, kopi, kelapa, kelapa sawit, dan lain-lain.
Obyek agronomi dapat berkembang lebih dari sekedar tanaman, tergantung dari tujuan produksi pertanian yang maksimal.
Sebagai contoh, ikan di sawah dapat menjadi obyek agronomi apabila sasaran produksi maksimum agronomi di sawah bersangkutan dihitung sebagai produksi segala macam bentuk produk di areal sawah per satuan waktu tertentu.
Dalam kondisi demikian pada sawah tersebut yang menjadi obyek agronomi adalah tanaman padi dan ikan. Obyek agronomi yang lain dapat pula berupa ternak yang dikelola di unit agronomi tertentu sebagai pertanian terpadu.
Subyek agronomi dapat dari berbagai jenis, seperti petani, ahli agronomi, pengusaha pertanian, penyuluh, dan pelaku sarana bidang agronomi.
Petani adalah mereka yang mata pencaharian utamanya berasal dari bercocok tanam dan melakukan kegiatan tersebut, sedangkan ahli agronomi adalah mereka yang secara tidak langsung terlibat dalam penelitian atau teori yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman produksi biologis tanaman.
Petani secara langsung terlibat dalam kegiatan budidaya tanaman di lapangan. Seorang ahli agronomi adalah salah satu dari subyek agronomi yang harus mampu dan ahli di bidang agronomi, sebagai tenaga pemikir/perencana/perancang dalam pengembangan pertanian.
Seorang ahli agronomi juga harus mampu menggerakkan, memberi penyuluhan atau mendidik para pelaku bidang agronomi sehingga sasaran agronomi yang ditetapkan tercapai.
Pengusaha Pertanian adalah petani atau pengusaha yang menyelenggarakan usaha taninya menurut teknologi maju dan menggunakan akal dan karyanya secara maksimal guna mendapat produksi dan keuntungan yang maksimal, mempunyai modal tekad besar dan mudah menerima pembaharuan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar