Teori Difusi Inovasi (DOI), yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers, telah menjadi dasar penting dalam memahami bagaimana inovasi menyebar dalam masyarakat. Rogers dalam artikelnya "Communication And Development: The Implications of the Passing of the Dominant Paradigm" (1976), membahas perubahan paradigma dalam komunikasi dan pengembangan, serta dampaknya terhadap difusi inovasi. 

Dalam konteks pertanian, DOI memberikan wawasan tentang bagaimana teknologi baru, praktik, dan gagasan dapat diadopsi oleh petani dan komunitas agraris. Inovasi pertanian sangat penting dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan peningkatan produktivitas. Artikel ini akan membahas peran DOI dalam inovasi pertanian, serta bagaimana teori ini dapat diterapkan untuk mendorong transformasi di sektor agribisnis.

Memahami Teori Difusi Inovasi

Teori Difusi Inovasi (DOI) menggambarkan proses di mana inovasi diperkenalkan, diterima, dan diadopsi oleh individu atau kelompok dalam suatu masyarakat. Rogers menjelaskan bahwa difusi inovasi adalah proses komunikasi di mana inovasi diperkenalkan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu kepada anggota suatu sistem sosial. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk karakteristik inovasi itu sendiri, cara inovasi tersebut dikomunikasikan, dan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dari masyarakat yang bersangkutan (Rogers, 1976).

Menurut Rogers (1976), perubahan paradigma dalam komunikasi telah mempengaruhi cara inovasi disebarkan dan diadopsi. Paradigma dominan sebelumnya, yang menekankan pada penyebaran informasi secara linier, kini digantikan oleh pendekatan yang lebih interaktif dan partisipatif. Hal ini memiliki implikasi besar bagi difusi inovasi, khususnya dalam konteks pembangunan dan pengembangan di sektor pertanian.

Elemen Kunci dalam DOI

Inovasi (Innovation)

Inovasi dapat berupa teknologi baru, praktik pertanian, atau ide yang dapat meningkatkan produktivitas atau efisiensi. Dalam pertanian, inovasi dapat berupa varietas benih baru, metode irigasi, atau penggunaan alat pertanian canggih.

Saluran Komunikasi (Communication Channels)

Informasi tentang inovasi disebarkan melalui berbagai saluran, seperti media massa, demonstrasi lapangan, atau interaksi antar petani. Keberhasilan difusi inovasi sangat bergantung pada efektivitas saluran komunikasi ini. Rogers (1976) menekankan pentingnya komunikasi yang melibatkan partisipasi aktif dari penerima inovasi.

Waktu (Time)

Difusi inovasi tidak terjadi secara instan. Ada proses bertahap yang melibatkan adopsi awal oleh beberapa individu, diikuti oleh adopsi yang lebih luas. Rogers (1976) menyebutkan bahwa waktu adalah faktor kritis dalam proses difusi, di mana adopsi terjadi dalam kurva distribusi normal dengan inovator dan pengadopsi awal sebagai pelopor.

Sistem Sosial (Social System)

Sistem sosial mencakup individu, kelompok, dan institusi yang terlibat dalam proses difusi. Dalam konteks pertanian, sistem sosial mungkin termasuk petani, lembaga penyuluhan, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah.

Difusi Inovasi dalam Konteks Pertanian

Inovasi pertanian sangat penting dalam mengatasi tantangan yang dihadapi sektor ini, seperti peningkatan produktivitas, ketahanan pangan, dan keberlanjutan lingkungan. DOI memberikan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk memahami dan memfasilitasi adopsi teknologi baru oleh petani. Rogers (1976) menguraikan bahwa perubahan paradigma dalam komunikasi pembangunan menekankan pentingnya pendekatan yang lebih holistik dan inklusif dalam menyebarkan inovasi pertanian.

Namun, adopsi inovasi pertanian tidak selalu mudah. Banyak petani, terutama di negara berkembang, mungkin enggan mengadopsi teknologi baru karena berbagai alasan, termasuk biaya, risiko, dan ketidakpastian. DOI membantu mengidentifikasi hambatan-hambatan ini dan menyediakan strategi untuk mengatasinya. Rogers (1976) menekankan bahwa perubahan sosial dan ekonomi harus dipertimbangkan dalam strategi difusi untuk memastikan keberhasilan adopsi inovasi.

Peran Penyuluh Pertanian

Penyuluh pertanian memainkan peran penting dalam proses difusi inovasi. Mereka berfungsi sebagai agen perubahan yang membawa pengetahuan dan teknologi baru kepada petani. Melalui demonstrasi lapangan, pelatihan, dan konsultasi, penyuluh pertanian dapat memfasilitasi adopsi inovasi oleh petani. Rogers (1976) mencatat bahwa agen perubahan harus memahami konteks sosial dan budaya dari masyarakat yang dilayani untuk efektif dalam menyebarkan inovasi.

Studi Kasus: Adopsi Teknologi Irigasi Tetes

Salah satu contoh nyata dari difusi inovasi dalam pertanian adalah adopsi teknologi irigasi tetes di berbagai negara. Irigasi tetes adalah metode irigasi yang lebih efisien, yang menghemat air dan meningkatkan produktivitas tanaman. Meskipun manfaatnya jelas, adopsi teknologi ini di kalangan petani sering kali lambat. Dengan menerapkan prinsip-prinsip DOI, khususnya yang dijelaskan oleh Rogers (1976), agen perubahan dapat mempromosikan teknologi ini dengan lebih efektif melalui pendekatan partisipatif dan interaktif.

Teori Difusi Inovasi (DOI) memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami bagaimana inovasi diperkenalkan dan diadopsi dalam masyarakat, termasuk dalam sektor pertanian. 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip yang dijelaskan oleh Rogers (1976), pemangku kepentingan di sektor pertanian dapat mengidentifikasi hambatan dan peluang dalam adopsi teknologi baru, serta merancang strategi yang efektif untuk memfasilitasi difusi inovasi. 

Inovasi pertanian sangat penting dalam memastikan ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan, dan DOI menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana inovasi tersebut dapat diadopsi secara lebih luas oleh petani di seluruh dunia.

Referensi: Rogers, E. M. (1976). Communication And Development: The Implications of the Passing of the Dominant Paradigm. Communication Research, 3(2), 213-240. https://doi.org/10.1177/009365027600300207.