Dalam sistem agribisnis modern, salah satu aspek yang sering kali menjadi penentu keberhasilan produksi adalah interaksi antara petani dan berbagai aktor lain dalam rantai pasok. Interaksi ini tidak bisa dilepaskan dari konsep modal sosial sebuah faktor penting yang kian relevan dalam menjawab tantangan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Modal sosial mencakup dimensi hubungan sosial yang membangun kepercayaan, pertukaran informasi, dan kerja sama antara petani, pasar, institusi, hingga komunitas. Dalam konteks produksi jagung, integrasi modal sosial ke dalam rantai pasok telah terbukti mendesak dan strategis, terutama dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berdampak langsung pada peningkatan hasil panen (Karim et al., 2021).
Modal sosial bukan hanya tentang membangun hubungan, tetapi juga tentang bagaimana relasi tersebut diterjemahkan menjadi akses terhadap sumber daya, efisiensi dalam transaksi, serta inovasi dalam praktik pertanian.
Ketika modal sosial diintegrasikan secara sistematis dalam rantai pasok jagung, petani dapat mengakses informasi penting, menjalin kolaborasi strategis, serta mengurangi hambatan dalam distribusi dan pemasaran. Dengan kata lain, pendekatan ini tidak hanya mendorong produksi, tetapi juga memperkuat pembangunan komunitas dan pengembangan kapasitas petani di tingkat akar rumput.
Modal sosial sendiri terbagi ke dalam tiga bentuk utama: bonding, bridging, dan linking. Masing-masing memainkan peran yang unik dan saling melengkapi dalam sistem pertanian. Bonding social capital merujuk pada hubungan erat antarpetani dalam komunitas yang sama.
Hubungan ini memperkuat solidaritas, memudahkan pertukaran pengetahuan lokal, serta mempercepat adopsi praktik bertani yang lebih efisien. Dalam konteks produksi jagung, kolaborasi erat ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas, sebagaimana ditemukan oleh Deswitanti et al. (2024), yang meneliti peran petani perempuan di Sumenep dan menunjukkan bahwa dukungan antaranggota kelompok dapat mendorong peningkatan hasil pertanian secara kolektif.
Di sisi lain, bridging social capital melibatkan hubungan antara petani dengan aktor eksternal seperti pemasok, pasar, atau lembaga keuangan. Koneksi ini membuka peluang akses terhadap sumber daya baru, teknologi, dan pasar yang lebih luas.
Namun demikian, efek dari hubungan ini bersifat variatif. Xuan et al. (2024) mengingatkan bahwa tidak semua bentuk bridging menghasilkan hasil positif. Dalam beberapa kasus, petani tetap membutuhkan strategi pendampingan dan kebijakan yang mendukung agar potensi modal sosial eksternal ini benar-benar dapat dioptimalkan.
Yang tak kalah penting adalah linking social capital, yaitu hubungan antara petani dan institusi seperti pemerintah, lembaga keuangan, atau lembaga riset. Relasi ini mempermudah akses terhadap dana, pelatihan teknis, serta inovasi teknologi yang sangat penting untuk mendorong produksi skala besar. Wahid et al. (2024) menekankan bahwa dukungan dari lembaga dan institusi inilah yang menjadi fondasi bagi keberhasilan program-program peningkatan kapasitas dan produktivitas petani.
Dampak positif dari penguatan modal sosial tidak berhenti pada produksi jagung semata. Modal sosial yang kuat secara langsung berkorelasi dengan peningkatan kesejahteraan petani. Suryalena et al. (2025) menemukan bahwa peningkatan modal sosial mendorong pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta adopsi inovasi yang sangat vital bagi keberlangsungan produktivitas. Ketika petani terlibat aktif dalam jaringan sosial yang produktif, mereka lebih mudah mengakses informasi baru, mengadopsi teknologi ramah lingkungan, dan melakukan diversifikasi usaha tani.
Lebih jauh, keterlibatan komunitas dalam pembangunan berbasis modal sosial juga berkontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. Addai et al. (2024) menyoroti bahwa partisipasi petani dalam jejaring sosial dapat mendorong praktik pertanian yang lebih baik serta diversifikasi sumber penghasilan, yang pada akhirnya memperkuat ketahanan ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan.
Meski begitu, penting disadari bahwa tidak semua bentuk modal sosial memberikan hasil yang setara. Seperti yang telah dikemukakan oleh Xuan et al. (2024), bridging social capital khususnya, tidak selalu berujung pada peningkatan produktivitas secara langsung. Hal ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih tepat sasaran agar manfaat modal sosial dapat dioptimalkan sesuai konteks lokal.
Modal sosial merupakan pilar penting dalam memperkuat daya saing petani jagung, baik dari sisi produksi maupun kesejahteraan. Dengan memperkuat hubungan sosial pada tiga level utama komunitas internal, eksternal, dan institusional petani memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh secara kolektif dan berkelanjutan. Maka dari itu, integrasi modal sosial ke dalam kebijakan pertanian dan program pemberdayaan menjadi langkah krusial menuju pertanian yang inklusif, tangguh, dan berkeadilan.
Referensi
- Addai, G., Guodaar, L., Amponsah, O., Ibrahiem, D. M., Felix, K. T., & Antwi‐Agyei, P. (2024). Role of social capital in agricultural diversification: Implications for sustainable development in rural regions. Sustainable Development. https://doi.org/10.1002/sd.2938
- Chen, X., Feng, Y., & Ali, I. (2024). Social capital, and farmers’ well-being in Guizhou Province of China: Is self-efficacy a missing link? Multidisciplinary Science Journal, 7(2), 2025098. https://doi.org/10.31893/multiscience.2025098
- Deswitanti, A. P., Priyanto, Moh. W., & Nugroho, T. (2024). The Influence of Social Capital on Corn Productivity: Empirical Evidence of Female Farmers in Sumenep Regency, Indonesia. Habitat, 35(3), 293–303. https://doi.org/10.21776/ub.habitat.2024.035.3.24
- Karim I, Wulandari E, Arsal A, Mandasari NF (2021). The causality model of maize farmers’ income: Integrating social capital, supply chain, and competitive advantage. International Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology, 11(1): 252–258. doi: 10.18517/ijaseit.11.1.8275
- Suryalena, S., Andri, S., Karneli, O., Andini, F. K., & Febrian, A. F. (2025). Community Social Capital and Farmer Development: Key Drivers of Welfare and Business Productivity in Farmer Groups. E3S Web of Conferences, 611, 02001. https://doi.org/10.1051/e3sconf/202561102001
- Wahid, W., Salman, D., & Demmallino, E. B. (2024). Bonding, bridging, and linking social capital combinations in maize agribusiness system. Journal of Infrastructure, Policy and Development. https://doi.org/10.24294/jipd.v8i2.2817
Tidak ada komentar
Posting Komentar